Kalau ibnu jauzi mengatakan orang sibuk menghafalkan dan meninggalkan pengkajian di anggap rugi karena hanya menggunakan waktu untuk hafalan terus bagaimana dengan generasi yang tidak punya hafalan sama sekali. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Jauzi dalam kitabnya صيد الخاطر
كَمْ مِمَّنْ تَرَكَ الْاِسْتِذْكَارَ بَعْدَ التَّحَفُّظِ، فَضَاعَ زَمَنٌ طَوِيْلٌ فِي اسْتِرْجَاعِ مَحْفُوظٍ قَدْ نَسِيَ.
[ابن الجوزي ,صيد الخاطر , ص، ١٩٢]
Kitab² dan buku² berhamparan di perpus² dan Android, tapi tidak satupun yang ingin mereka selami.
Saat ini Manusia hanya fokus mengkritisi orang lain, tapi enggan untuk mengkritisi dirinya sendiri yang jauh lebih parah hingga menjadi penyakit akut. Salah satu gejala mereka hingga tidak bisa mengambil pelajaran dari kalamnya Ibnu Jauzi, karena merasa bisa dan sudah cukup untuk dirinya dan ketika berhadapan dengan orang lain. Sebagaimana yang didauhkan oleh Fadilatus Syekh Rkh Khoirul Wafa Wafir, "Pelajar sekarang ini karena sudah berlebel Ustad meninggalkan ngaji dan mudzakaroh. Padahal kita tahu kejayaan peradaban ummat islam yang disebut dengan islam generasi emas karena tidak pernah ketinggalan baca, menulis dan mudzakaroh hingga lahirnya kitab fenomenal seperti Al Umm karangan Mujtahid Mutlak Imam Syafie fan kitab Muwaththo'nya Imam Malik bin Anas. Ada cerita di masanya Kholifah Harun Ar-Rasyid pada masa dinasti Umayyah, suatu ketika beliau gelisah melihat keadaan rakyatnya yang semakin jauh dari ajaran² Islam, kemudian beliua berinisiatif mengumpulkan orang² yang mempunyai kapasitas keilmuan tinggi untuk mudzakaroh. Alhasil nuansa keilmuan itu perlahan-lahan mulai tumbuh dan mengakar.
Catatan Mtz. Vol 53
Panyeppen, 05 Shoffar 1443 H.
Komentar
Posting Komentar