Untuk memancing ikan maka butuh yang namanya umpan. Entah itu berupa cacing atau bangkai ayam. Begitu juga dalam menebar ilmu dan perjalanan ulama' yang bisa menginspirasi orang yang ada di zaman setelahnya. Kalangan selebriti Indonesia seperti Raffi Ahmad memajang foto kuality teamnya dengan keluarga atau pesona kecantikan Nagita Slavina dengan caption promo produk kecantikan dan endoresnya. Saya tidak heran, karena itu bagian dari marketing atau kalau dalam bahasa kita Gambar hanya pemanis atau penyempurna, intinya adalah ilmu dan edukasi. Santri juga harus berperan dengan segala apa yang dia miliki dari keilmuan, penampilan dan daya tarik yang dimiliki, karena sekarang kita hidup di zaman yang serba narsis. Saya terkadang heran sama teman² yang lebih fokus pada ilustrasi status di sosial media dengan caption yang penuh edukasi dia lewati tidak dibaca. Padahal beliau update status itu intisarinya adalah ilmu yang ada di caption akun pribadi beliau bukan gambarnya.
Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam. Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...
Komentar
Posting Komentar