Sebagai seorang santri yang tujuannya adalah untuk mendapatkan ilmu banyak, barokah dan mamfaah. Tentu menjadi cita² dari semua penuntut ilmu dari dunia belalahan barat sampai timur. Karena posisinya ilmu ini tinggi derajatnya maka untuk mendapatkan tidak gampang, butuh riyadoh, ketekunan dan terpenting adalah hati², karena banyak dari kalangan Tholibul Ilmi yang sudah mondok lama tapi karena kurang hati² hingga mereka tidak mendapatkan keutamaan ilmu itu sendiri. Diantaranya adalah Ta'dzim pada kitab, ta'dzim kepada kyai atau guru. Sebagaimana perkataan Syekh Az Zarnuji dalam kitab Ta'limul Mutaaalimnya,
ومن تعظيم العلم تعظيم المعلم
ومن تعظيم العلم تعظيم الكتاب.
Dalam targetnya santri mondok itu harus mendapatkan ilmu Barokah dan ilmu yang menfaat. Dauhnya Rkh. Khoirul Wafa Wafir, "Barokah itu untuk kalangan sendiri, sedangkan menfaat itu untuk orang lain. Kalau mondok tidak mendapatkan dua hal di atas, maka menurut mereka mondoknya tidak berhasil. Banyak jalan yang kadang ditempuh oleh santri diantaranya adalah dengan selalu menghadirkan guru dalam hatinya, menyenangkan hati seorang guru dan lain².
Santri ataupun alumni yang baik adalah mereka yang selalu menghadirkan gurunya meskipun sudah tidak ngaji tatap muka, karena hubungan batin tersebut akan membuat seorang santri kehidupannya lebih berwarna dan barokah, dan dengan sebab hati yang selalu menghadirkan guru akan bersambung dan untuk mendapatkan ridhonya akan lebih gampang. Sebagaimana dauhnya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki,
ثبات العلم بالمذاكرة ونفعه بالخدمة وبركته برضا الشيخ.
Artinya, "Menancapnya ilmu di dalam sanubari diperoleh dengan diskusi dan bertukar pikiran. Manfaat ilmu dapat dicapai dengan memberikan khidmah terbaik dan dedikasi yang ikhlas. Barokah ilmu dapat dihasilkan dengan menggapai ridho para guru." Seperti halnya santri yang mondok, berbahagialah karena sejatinya mereka sudah dikatakan orang yang khidmah pada ilmu dan khidmah kepada pesantren, cuma hanya tinggal ridho seorang guru yang menjadi target. Karena tanpa ridhonya meskipun seorang Tholibul Ilmi hafal beberapa kitab dan menguasai berbagai macam ilmu mereka bagai puing diantara bangunan yang menjulang tinggi, tidak dibutuhkan masyarakat meskipun kapasitas keilmuannya sudah seluas samudera.
Yang kedua, untuk mendapatkan pahala tidak harus tegang dalam artian, santai ngobrol dengan keluarga dan teman sambil ngopi itu merupakan pahala selagi bukan membicarakan hal² yang negatif. Sesuai yang didauhkan Rkh Khoirul Wafa Wafir pada menit² akhir ajian kitab selesai, "Bagaimana kalian diamnya itu bermenfaat dan bernilai di sisi ALLOH, agar kalau kalian mati, mati dalam keadaan Khusus Khotimah.
Catatan Mtz. Vol 73
Panyeppen 07 Robiul Awwal 1443 H
Komentar
Posting Komentar