Ketika sesuatu yang kita cintai hilang, maka kita akan merasa menyesal. Semakin banyak di dunia ini yang kita cintai maka semakin banyak pula penyesalan yang sedang menunggu. Begitupun sebaliknya semakin sedikit yang kita cintai, maka semakin sedikit pula penyesalan yang berujung kenangan. Tatkala temanku di warung kopi karang manggis mengatakan, betapa menyesalnya saya mat karena tidak bisa mendapatkan gadis cantik dengan pesona lekuk tubuhnya yang indah itu, kemudian saya berguman dalam hati. kamu hanya menyesal karena tidak bisa mendapatkannya, sedangkan saya menyesalkan wanita yang sudah dalam genggaman, dan kadar sakitnya tidak seberapa dibandingkan pernah dimiliki kemudian pergi. Bukankah kehilangan anak jauh lebih menyedihkan daripada tidak bisa mempunyai anak.? Ketika kita sudah bersama dengan yang kita cintai itu berangsur lama, maka ketika hilang rasa sedih itu akan terus bersarang dalam lubuk hati. Toh, pada kenyataan kesedihan itu tidak seberapa dibandingkan dengan kesenangannya selama ini !
Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam. Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...
Komentar
Posting Komentar