Prof Nadirsyah pernah pernah menulis di bukunya, "Sharing sebelum Shering", "Tidak ada buku yang tidak bagus, tergantung bagaimana kecerdasan si pembaca memahaminya. Semakin orang tersebut IQ-nya cerdas, maka semakin luas pula pemaham yang akan didapat." Sengaja kami mencomot tulisan beliau, agar para dedemit tidak gagal paham. Setelah membaca tulisan Syekh Buthi tentang Sayyidah Aisyah kali ini tulisan Aba Mehmed Aga ingin menyelami lebih jauh lagi pribdai² Ummil Mukminin, bukan ingin mencari perbandingan dengan menjustifikasi salah satunya lebih unggul; tidak, ini hanya rasa penasaran pada dua sosok Perempuan agung dengan akhlak dan kemuliaannya yang tinggi. Hitung² nanti agar ada yang mau diobrolin dengan istri sebelum tidur. Asikkkkk.🤣 Sayyidah Khodijah dengan pengurbanan jiwa, raga dan hartanya mendampingi dakwah Kanjeng Nabi periode awal² Islam dan Sayyidah Aisyah dengan kecerdasan di atas rata² menjadi rujukan para sahabat² pasca wafatnya Kanjeng Nabi. Beliau berdua sama² kecintaan baginda. 🤲🏻
Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam. Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...
Komentar
Posting Komentar