Ibnu Al Jauzi menggiring kita untuk selalu mengambil menfaat dari apa yang kita kerjakan. Tentunya sebagai makhluk ciptaan ALLOH yang sempurna dan akal sebagai mudal utama mengantarkan manusia sebagai sosok malaikat, tapi jika hawa nafsu berperan sebagai Imam dan akal sebagai Makmum tentu ini malapetaka yang nyata, karena saat itu juga manusia yang asal derajatnya lebih tinggi dari malaikat akan turun lebih hina daripada binatang buas (الفحوش). Dalam diri manusia ada tiga komponen penting, yang pertama adalah الجزء العقلي yang sisi keutamaanny adalah Ilmu dan sisi ketercelaannya kebodohan, yang kedua الجزء الغضبي yang sisi keutamaannya adalah ketegasan dan sisi ketercelaannya pengecut dan yang ketiga الجزء الشهوني yang sisi keutamaannya adalah menjaga diri dari sesuatu yang tidak baik dan sisi ketercelaannya tidak terkendalinya hawa nafsu. Tiga komponen ini yang kemudian oleh Ibnu Al Jauzi dijadikan rumus untuk mempermudah manusia dalam melaksanakan rutinitas sehari-hari.
Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam. Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...
Komentar
Posting Komentar