Langsung ke konten utama

BELAJAR DENGAN SUNGGUH²

Ada seorang santri dari Indonesia yang datang ke Ribath Suyun untuk mengaji kepada Habib Ali al-Habsy, tetapi dia pemalas. Sedang di Indonesia, orang tuanya menaruh harapan besar kelak anaknya menjadi orang yang alim.

---

Dengan harapan tersebut, orang tuanya selalu mengirim uang dengan jumlah yang besar untuk dijadikan bekal belajar. Tetapi, anaknya menggunakan uang kirimannya hanya untuk berfoya-foya.

---

Setelah 5 tahun lebih belajar di Suyun, santri tersebut pulang kembali ke Indonesia. Sang ayah menyambut anaknya dengan seremonial yang meriah, dengan mengundang banyak tamu. Dan pada acara itu, para tamu meminta sang santri memberi sambutan dan sedikit membagi ilmu kepada mereka.

---

Tapi dia diam, tidak tahu apa yang harus disampaikan. Para tamu ganti menanyakan beberapa persoalan, lagi-lagi si santri diam, tidak tahu harus menjawab apa. Karena dia di Suyun tergolong santri yang malas. Para tamu undangan segera menyadari bahwa si santri belum tahu apa-apa.

---

Atas peristiwa itu, orang tua santri tadi sangat sedih. Dia jatuh sakit, hingga akhirnya meninggal.

---

Kisah ini dikisahkan Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dalam kitab Fawaidul Mukhtarah.

---

Dari kisah ini, saya bisa mengambil beberapa pelajaran:

1-Sebagai orang tua, untuk kesuksesan pendidikan anaknya, dia tidak bisa hanya mengandalkan ketersediaan fasilitas. Harus ditirakati, didoakan sepanjang waktu. Jangan terlalu memanjakan mereka.

---

2-Anak adalah kebanggaan, namun jangan sampai saat mengantar anaknya belajar, ada niatan agar kelak jika dia sudah alim bisa dibanggakan dan dijadikan bahan untuk menyombongkan diri.

---

3-Sejauh apapun santri belajar, bahkan meskipun ke luar negeri, jika tidak rajin dan sungguh-sungguh, dia hanya akan mendapatkan kemegahan status sosial, bukan ilmu. Sebaliknya, sekalipun dia hanya belajar dirumahnya, jika sungguh-sungguh dia akan menjadi alim.

---

Dan masih banyak yang lain......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...