Setelah sidang skripsi bahagia luar biasa, karena akan diwisuda dan akan menyandang gelar Starata 1. Bahkan Setiap kali namanya tidak disertakan gelar di belakangnya, ia kesal, marah dan mencaci-maki, "Kamu tidak tahu, untuk mendapatkan gelar ini saya bersusah payah." Ketusnya. Padahal skripsi tidak buat sendiri. Wkwkkwkwkw
Beberapa bulan kemudian, setiap hari ia galau dan cemas karena bayang-bayang gelar yang tidak tidak sesuai ekspektasi. Ia kira setelah memakai toga akan mendapatkan kehidupan yang lebih layak, nyatanya tidak. Beberapa kali melamar pekerjaan di mana-mana mendapat penolakan. Sekali diterima, sebagai office boy saja.
Setelah mendapatkan pekerjaan yang sudah sesuai dengan keinginan. Ditempatkan di posisi lumayan dengan gaji yang juga mapan, ia merasa jenuh dengan semua tugas-tugas yang diberikan. Di keheningan malam dia merenung, mungkin kalau nikah akan bahagia karena ada teman curhat. Tapi ternyata tidak, kegalauannya lebih mencekam karena setiap hari ditanyakan "Istirnya belum isi?, Sudah punya anak berapa?"
Setelah ada anak, dia mau anak kedua, anak ketiga. Tidak puas, anak ingin tumbuh kembang dengan cerdas, cermat dan berprestasi. Ketika melihat temannya punya mobil, ia ingin seperti mereka, jalan-jalan bersama keluarga, walau hanya makan di pinggir jalan. Terus keinginannya semakin bertambah dan tidak pernah puas dengan apa yang sedang dimiliki.
Andaikan posisinya yang saat ini diberikan kepada orang lain yang sedang berprofesi sebagai pengangguran, tidak punya anak, hanya punya sepeda. Betapa sangat bahagia dan bersyukurnya mereka.
Dia terlalu fokus pada hasil yang bukan urusannya. Ia tidak pernah merenung bahwa setiap usaha dan tetesan keringat bernilai pahala. Profesi yang dikerjakan menyertakan Alloh SWT dalam setiap langkah merupakan ibadah yang mengantarkan dirinya menuju kasih sayang-Nya.
Setelah perenungan yang cukup panjang, ia flashback dan tersadar, ternyata keinginan yang dirancang sebelumnya sudah banyak dikabulkan oleh Alloh. Maka dari itu, menikmati proses kehidupan dengan bahagia ternyata sangat indah. Di sana ada usaha, harap, doa dan hati yang terus senantiasa Tawakal kepada-Nya.
Dengan demikian, ia akan tersadar bahwa kesuksesan bukan karena terwujudnya impian yang satu ke impian berikutnya, melainkan setiap usaha dan tetesan keringat yang dijalani dengan kesungguhan dan ketaatan kepada Robb-Nya.
Kamu pemenang dan berhak bahagia, walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Catatan Mtz
Komplek pondok pesantren Miftahul Ulum Panyeppen Palengaan Pamekasan Madura
17 Muharrom 1444 H.
Komentar
Posting Komentar